Pagi sudah membentang
Kau siapkan satu buah plastik kumuh..
Yang setiap hari kau gunakan sebagai wadah koran-koranmu..
Kau mulai berjalan dari rumahmu..
Menuju tempat engkau berjualan..
Dan saat itu,
Kau lihat anak seumurmu sekolah..
Tapi mengapa kau tidak sekolah?
Mengapa kau harus bekerja?
Mengapa tidak orang tuamu saja yang bekerja?
Kau mulai datangi setiap mobil..
Setiap motor..
Menjajakan koranmu..
Kau jelajahi setiap bus kota..
Kau jelajahi setiap angkutan umum..
Kau mulai berteriak “Koran..Koran”
Namun tak ada yang menghiraukan..
Kau istirahat sejenak..
Memperhatikan teman sesamamu menghitung rupiah...
Memperhatikan teman-teman sesamamu makan dengan lahapnya..
Sedangkan engkau?
Sampai matahari tepat di atas kepala..
Belum ada sedikit rupiah pun yang kau dapat..
Baju kumuhmu sudah tampak basah keringat...
Wajahmu sudah tampak lelah..
Namun plastik koranmu masih terisi penuh..
Dan kau tak putus asa
Kau masih teriakan “Koran..Koran”
Lagi-lagi tidak ada yang menghiraukan..
Tanpa disadari..
Matahari sudah berada di ufuk barat..
Kau masih berjualan..
Padahal teman sesamamu sudah pulang ke rumahnya...
Tak lama kemudian..
Matahari pun tenggelam di ufuk barat..
Tinggalah kau seorang diri di pojok jalan..
Malam pun semakin gelap gulita..
Lampu-lampu jalan sudah mulai menerangi..
Mobil motor yang lewat pun sudah mulai sepi..
Akhirnya..
Kau putuskan untuk pulang ke rumah..
Walau dengan tangan hampa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar